Puisi

Saksi Pengorbanannya 
Ketika fajar mengintip
Dia berdiri tegap disana
Dia menungguku disana
Kaki kecilku berlari cepat menujunya 

     Dengan cahaya semangat diwajahnya...
     Kau berikan setitik ilmu tuhan pada ku
     Ya.... Walaupun lekukan lelah dibawah matanya,
     melukisi wajah indahnya
     Tapi dia tetap menjalankannya....

Dia, dia adalah guruku....
Dia bagai ayah dan ibuku
Mungkinkah tangisku dapat membalas rasaku padanya tuhan....?
Atau mungkin secercik cahaya dari tuhan yang akan membalas pengrbanannya.

     Mungkin nanti....
     Setumpuk serat kayu dengan ukiran hitam 
     Akan menjadi kenangan tentangnya
     Menjadi pengulang memoriku dengannya.
Tuhan dosakah aku menganggap biasa pengorbanannya
Dosakah aku tak patuhinya
Dan ternyata kusadari....
Aku bangkai berjalan jika tanpanya....

     Jikalau nanti kudapat bersinar sendiri 
     Jikalau lilin kehidupanku masih ada
     Berikan sesempatan aku....
     Untuk berjumpa dengannya.....

Dan pada hitam yang menaung saat ini
Bintang, rembulan, dan beribu Rokib dan Atid 
Menjadi saksi pelontaran lisan hatiku untuk....
Maafku dan terima kasihku padamu guruku....

Jakarta
Kamis, 15 April 2010
Oleh: R-Kamallia 

"Puisi ini adalah puisi yang R-Kamallia persembahkan untuk semua guru... Puisi ini di bikin secara mendadak pada hari Kamais, 15 April 2010 tanpa ada perbaikan apapun.  
Puisi ini sebenarnya dibuat untuk persembahan dari anak-anak alumni SMA SULUH JAKARTA kelas (XII-IS-5) untuk para guru tercinta kami. Puisi ini dibacakan pada hari Sabtu, 17 April 2010 disebuah hotel di daerah Bandung pada malam penglepasan siswa, dan puisi ini adalah kenang-kenangan bagi R-Kamallia untuk mengingat guru tercinta... Sampai saat ini R-Kamallia masih menyimpan selembar kertas puisi ini. Terima Kasih Guruku..."


Waktu dan Ruang 
 
Disalah satu duni kita berjumpa 
Disana kau lontarkan judulmu
Disana kau hembuskan mimpimu
Ku tak yakin, kau buat jadi yakin

     Sekali sang panca indra bertemu
     Melalui sebuah jembatan duniaku dan 
     duniamu....
     Meski tak pernah berhadap dalam satu
     baris kehidupan....
     Meski tak pernah bersatu dalam satu 
     waktu dan ruang....
 
Tapi kini waktu dan ruang yang menyadarkan 
mata hati kita....
Waktu dan ruang yang membakar kita
Bukan karena warna kita, mata kita, dan bahasa kita
Tapi waktu dan ruang.....

     Dan telah kita sadari tak akan terbentuk sendayu
     indah dalam kehidupan....
     Dari perbedaan waktu dan ruang....
     Kini kau lenyap dariku, dan aku lenyap darimu...
     Dan tak akan pernah ada lagi kita dalam satu dunia

Jakarta
Sabtu, 02 Oktober 2010
Oleh: R-Kamallia